PART 14 MIMPI BURUK YG TERULANG
Aaaah,
aku merebahkan badanku di kasur sederhana ini. ku lihat pak S mulai memakai
lagi celana nya dan duduk di sudut ruanga sambil menyalakan rokoknya. Mekiku
masih berkedut. Masih terbayang-bayang betapa enaknya melakukan sex dengan pak
S. Aku seperti merasa ketagihan. Aku mau lagi. Tapi, aku capek. 8 jam sudah aku
berada disini. Melayani mereka 1 per 1. Aku berharap aku bisa pingsan, tapi
tidak bisa. Apakah obat yg mereka berikan tadi adalah obat kuat? Atau apa?
Belum
sempat aku memejamkan mata, 8 orang yg sedari tadi melihat aksiku menikmati
kejantanan pak S mulai ambil posisi. Mereka melingkar di sekelilingku. Mataku
mulai setengah melek. “pak, udah dong” kataku lirih. “yaah, udah nungguin lama2
malah ga mau di ewe”. “heh lonte, jangan banyak maunya kamu ya. Giliran sama
pak S aja nurut, kamu nikmatin abis2an, giliran kita udh nunggu lama2 malah ga
mau, NGANGKANG SEKARANG!!!”. Belum sempat aku menjawab mereka, slah 1 dari
mreka langsung membekap mulutku dengan kontolnya. Aku tak dapat melihat apa2,
didepanku hanya ada perut seseorang yg tidak aku kenal yg kontolnya berada di
mulutku sekarang ini. aku merasakan 2 orang lagi menarik kakiku, memaksaku
untuk mengangkang lebar. sepertinya pengaruh obat ini mulai berkurang. Rasa
lelah dan nyeri mulai terasa di sekujur tubuhku. Salah 1 dari mereka menamparku
“WOI, DIEM DOANG, ISEP!!”. Ya, aku kontol orang tsb memang ada di mulutku tp
aku tidak melakukan apa2. Aku terlalu lelah untuk menggerakkan lidah dan
menghisap kontol ini. “MALAH MAKIN DIEM”... PLAKKK. Tamparan keras mendarat
lagi di pipiku. Kemudian orang ini menjambak rambutku, menggerakkan kepalaku
maju mundur. Aku merasakan dada ku di remas keras sekali. Putingku dicubit
seperti guru yg mencubit muridnya yg tidak mengerjakan PR. Sakiiit sekali.
Kurasakan juga mekiku digenjot lagi. Inginku meronta tp tak bisa, energiku
terkuras habis. Bagaimana tidak 8 jam aku melakukan sex non stop dan sekarang
harus melayani 8 orang ini. cubitan di dada, puting, klitoris, tak lupa
tamparan keras di pipi, perut, pantat terus-terusan mereka lancarkan padaku karena
aku tak se-erotis seperti ketika kau melayani pak S. aku capek pak, capeeeek.
“anjing
juga ni lonte, giliran kita2 aja pada lemes, tadi semangat. Udah lah hajar aja
terus, pingsan juga bodo amat”. Mereka menggenongku, aku dibuat duduk dengan
tetap mekiku dipompa terus menerus. Selagi 1 orang menghajar kemaluanku, 4
orang lainnya berdiri mengelilingiku, memaksaku untuk menghisap kontol mereka
bergantian. Sementara sisanya meraba-raba bagian tubuhku lainnya, meremas,
mencubit, menggosok, apapun mereka lakukan untuk memuaskan nafsu bejat mereka.
Entah karena tak tahan mengantri atau apa, 1 orang diantara mereka
memposisikanku seperti dipangku. Aku berada di pangkuan orang ini. aku
merasakan ada yg berusaha menerobos masuk pantatku. Anjir, lagi??? Dan blesssss,
kontol itu berhasil menerobos masuk pantatku. Mataku terpejam sejenak dengan
kontol tetap di mulutku. Sedikit terasa nyeri. Sekarang posisiku masih
menghisap kontol dengan 2 orang memompa vagina dan lobang pantatku.
Seandainya
mereka memperlakukanku dengan lemah lembut, aku pasti bisa merasakan kenikmatan
dari permainan mereka. Tapi ini....enaknya 20%, sisanya hanya rasa sakit dan
emosi karena aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan pria2 pekerja kasar ini. ku
rasa mereka adalah kuli bangunan yg sedang merenovasi terminal ini. Terlihat
dari tangannya bukan kotor karena oli tapi seperti kapur dan semen. Bau tubuh
mereka pun sangat menyengat, bau keringat, semen dan pasir bercampur jadi 1.
Dan aku menghisap bagian tubuh mereka yg paling menjijikan. Bapak yg bermain di
vagina ku sudah menembakkan spermanya di dalam. Bergantian dengan pria yg dari
tadi ku hisap kontolnya. Mereka bertukar posisi. Bapak yg sudah crot tadi
mengarahkan penisnya ke mulutku. “BERSIHIN WOI LONTE”. Dapat kulihat lelehan
sperma masih keluar sedikit demi sedikit dari ujung pensinya. Aku membuang
mukaku, tentu saja karena jijik. Dia menjambak rambutku lagi, menamparku keras
sampai kepalaku terpental. Aah mataku sampai tak bisa mengeluarkan air mata
saking capeknya. Ku buka mulutku perlahan. Dia langsung memasukkan kontolnya
cepat sekali. Ku mainkan lidahku disana, ku hisap dan ku besihkan sisa2 sperma
itu. Sementara vaginaku kembali di hajar terus2an. “Bentar2, aku ada ide, geser
dikit dong”. Ha? Ide apa? Mau diapakan lagi tubuhku ini. inginku memohon belas
kasihan tapi percuma. Mereka terus menyiksaku tanpa ampun. “mau ngapain bro?”,
“ah udah geser dikit, mau ku bikin teriak ni lonte”.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH
SAKIIIITTTTT”. Kepalaku mendongak keatas, aku berteriak keras sekali, mataku
melotot. Ternyata 2 penis memaksa berada dalam 1 vagina ku dan pantatku tetap
terus saja dihajar habis2an. AAAAAHHH PAK UDAAAAH. Aku meronta-ronta sebisaku.
Tapi jumlah mereka terlalu banyak, mereka memegangiku agar tidak berontak. Rasa
sakit yg teramat sangat menjalar ke sekujur tubuhku, rasa lelah tak kuat ku
tahan lagi. Mata ku mulai tak bisa melek sepenuhnya, pandanganku kabur.
Perlahan-lahan kesadaranku mulai hilang, dan......pingsan
Ku
buka mataku pelan-pelan, mereka masih belum selesai denganku. Masih saja aku
digenjot terus menerus. Ah jam berapa ini, ku lirik sedikit jam dinding di
salah satu sudut ruangan. Jam 10. HA??? 12 JAM LEBIH??? Baru saja aku sadar.
Kurasakan orang yg memompa vaginaku mulai mengeluarkan spermanya di dalam sana.
Ku lihat sekeliling, aku meraba dahi dan pipiku. Cairan lengket apa ini? putih?
Sial, mereka menyemprotkan peju di mukaku. Ku lihat bagian tubuhku yg lain.
Dada, tangan, ketiak, paha, bahkan perut. Semua mereka semprot pakai sperma.
Tubuh ku bermandikan sperma. “AAAHHH, udah nih, yuk mandiin ni lonte”. “yok
langsung gendong ke belakang”. Mereka membopongku, meskipun aku masih setengah
sadar tapi aku dapat melihat aku dibawa menuju suatu bangunan belum jadi lewat
belakang terminal. Mungkin agar tidak terlihat penumpang terminal lainnya.
Dengan badan berlumur sperma, mereka menggeletakkanku di tengah bangunan yg
gelap dan masih beralaskan pasir dan cor-coran. Mereka memasang tali di ke 2
tangan dan kakiku, kemudian mengikatkan tali itu ke sebuah pasak di 4 sudut
sampai tubuhku membentuk huruf X . “Pak...saya mau di apakan, udah pak, ampun,
saya udh ga kuat lagi pak. Tolong” pintaku dengan memohon-mohon. Sangat
menyedihkan sekali kondisiku saat ini. selangkangan memerah, tubuh penuh
sperma, rambut acak2an dan telanjang. Entah dimana dasterku berada. “dih ngemis
ni lonte, heh mbak, udah tenang aja, kita semua udah selesai, udah crot semua.
Tenang. Justru kita mau mandiin kamu biar bersih hahahahaha”
8
orang tadi mengambil posisi melingkar dengan aku ditengahnya. Ha? Apa2an ini?
mereka mau apa? Mereka mengeluarka batang mereka 1 per 1 hampir bersamaan. Dan
cuuuuuurrrrrrrrr. Mereka mengencingiku bersamaan, menyiramku dengan air kencing
ke sekujur tubuhku. Aku tak bisa bergerak gara-gara tali yg mengikatku ini.
kurang ajarnya mereka mengarahkan kencingnya ke telinga, hidung, bahkan mulutku
sampai-sampai aku terbatuk-batuk karena ada air kencing yang tak sengaja
tetelan. Terus saja mereka mngencingi ku di dada, wajah, tangan, kaki, bahkan
vaginaku.
Mereka
mulai memasukkan lagi penis mereka ke dalam celana. Dan mulai beranjak
meninggalkan ku sendirian di tempat ini. melihat mereka kencing aku jadi ikut
kebelet. Dan cuuuurrrrr, aku mengeluarkan air kencing ku. Aku kencing sambil
tidur terikat. Air kencingku sendiri muncrat kemana-mana. 2 orang dari mereka
melirikku ketika ingin meninggalkan bangunan ini. “lhoh ikutan kencing dia
hahahaha.”. wah sial, mereka melihatku kencing. “bro kalian duluan deh, dia
kencing nih, aku jadi sange lagi hahahah”. “wah lonte bau pesing gitu masi aja
mau disikat” kata mereka. Benar saja, 2 orang kembali ke arahku. “pak udah
dong, tolong pak, saya mohon” aku terus saja memohon-mohon. “alaah 2 orang
doang, dari tadi siang udah berapa orang ngentotin kamu ha? 18 ada kali, waktu
kamu pingsan kamu ga tau kan ada tambahan personil? Hahahaha, masa nambah 2
doang ga kuat, sini, bentar doang kok”. mereka melepas ikatan di tubuhku. Dan
memperkosaku lagi secara bersamaan. Mereka melakukannya lagi....menghajar
vagina dan pantatku. Nafsu mereka benar-benar tidak berkurang meskipun aku
berlumur sperma dan kencing teman-teman mereka. Udah sinting ni orang. Saking
lelahnya bahkan aku tertidur ketika mereka memperkosaku, aku tak ingat apa2
lagi. Entah saat itu aku tertidur atau pingsan yg jelas kesadaranku hilang.
Terdengar
suara adzan. Aku terbangun, rasa sensitif ku ketika mendengar panggilan sholat
masih saja ada ternyata meskipun aku sudah menjadi wanita hina seperti ini.
perlahan aku mencoba duduk, melihat sekitar. Masih gelap. Bau-bau tidak sedap
masih tercium disekujur tubuhku. “udah bangun mbak? gmn? Enak?”. Pak sugeng ada
dibangunan itu, duduk bersandar di tembok sambil menghisap rokoknya. aku merasa
terselamatkan sekaligus benci melihat sosok pak sugeng. Dia yg membawaku ke
tempat seperti ini, tapi dia juga yg menjemputku, kalau aku ditinggal ditempat
seperti ini bisa mati aku. Aku merangkak menuju pak sugeng. Aku menangis di
pelukan pak sugeng. “KENAPA PAAAK. KENAPA BAPAK BAWA SAYA KE TEMPAT SEPERTI INI
PAAAK. KENAPAAA?? Kalau bapak memang pengen tubuh saya, kenapa ga bawa ke rumah
ajaaaa. Saya lebih rela melayani bapak sendirian dari pada harus melayani 18
orang seharian penuh paaaak”. Pak sugeng kemudian memelukku tanpa rasa jijik,
dan mengusap2 rambutku, berusaha menenangkanku seperti menenangkan anaknya
sendiri. “ssshhhh ssshhhh, cup cup, udah. Jujur aja, saya sange kalo liat kamu
di perkosa orang ga kenal, awalnya saya cma mau kasi kamu ke 4 temen bapak,
bapak ga tau kalau akhirnya berakhir seperti ini, maafin bapak. Kita pulang
yuk?” sahut pak sugeng. Aku terus saja menangis di pelukan pak sugeng. “baju
putri hilang pak, dingin”. Keluhku. “wah bapak blm sempet pulang lagi buat
ambil bajumu, kirain bajumu aman. Sebentar ya tunggu sini.” Pak Sugeng beranjak
dari tempatnya, mungkin mencari sesuatu untuk membalut tubuh telanjanku ini,
karena jarak dari terminal menuju rumah pak sugeng juga lumayan, kalau aku
menerobos dinginnya pagi di lereng gunung dengan kondisi tubuh lelah seperti
ini aku bisa mati kedinginan.
Tak
lama Pak Sugeng kembali. “wah mbak, jam segini ga ada toko buka, di terminal
juga sepi, saya cuma nemu ini” kata pak sugeng sambil menunjukkan sebuah handuk
putih. Yaudah lah dari pada tidak sama sekali. “y-yaudah pak, b-bawa m-motornya
pelan-pelan...ya .... pak” kataku sambil sesenggukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar