16

 

PART 16 NEW CHARACTER UNLOCKED

 

Selama perjalanan pulang, aku merasa mentalku benar-benar hancur saat itu. Pikiranku kalang kabut. Untung saja aku tidak sampai gila meskipun sudah di’hajar’ seperti itu. Tanpa kusadari, pak sugeng bukan membawaku ke rumahnya. Jalan ini seperti aku kenal. Ini kan...?

 

“sol, lontemu tak balikin. Makasi yak”. Kan belum 3 hari kenapa aku sudah diantar pulang? Tak ada jawaban dari pak faisol. Pak sugeng langsung saja tancap gas pulang. Rumah pak faisol terlihat sepi dari luar. Aku langsung masuk saja menuju kamar aldi. Dari pintu depan menuju kamar aldi aku mendengar suara teriakan wanita yg aku tak tau itu siapa. Ku lihat aldi hanya berbaring bermain hp. “putri? Dari mana aja kamu?” tanya aldi. Aku tak menjawab pertanyaan aldi. Langsung saja aku berlari ke arahnya, aku memeluknya erat dan menangis di pelukannya. “kamu kenapa?”. Aku ceritakan semua yang sudah terjadi kepadaku. “serius? Gila. Untung aja” kata aldi. “untuuung? Apanya?” tanyaku. “untung aku bawain cewek lagi buat bapak biar kamu ga disiksa terus.” Nekat sekali dia. Berarti suara teriakan cewek itu? “udh gpp, yg lalu biar berlalu, yg sabar ya.” Jawab aldi sambil membelai rambutku berusaha menenangkanku. “aku udah kotor. Kamu masih sayang aku?”. “put, gimnapun kondisimu, aku ttp sayang kamu. Asal kamu tau, aku udah suka sama kamu dari SMP. Dulu kita sempet 1 SMP sebelum akhirnya aku berhenti sekolah karena ga ada uang. Aku ngeliat kamu tapi ga berani deketin. Aku malu, dan sekarang kamu ada di kamarku sedang meluk aku. Kamu first love ku put. Mungkin ini takdir supaya kita bisa bertemu meskipun melalui jalan yg pahit” Jawab aldi.

 

Tak kusangka selama ini ternyata..... aku makin memeluk aldi. “oiya put, kamu tidur dulu ya, sementara pake handuk aja. Semua dastermu lagi aku cuci”. “iya sayang gapapa” ya, aku memanggilnya sayang. Aku juga sayang kamu aldi. “yang kuat ya ngadepin bapak, aku sambil coba ngomong ke bapak biar ga nyiksa kamu lagi.” Jelas aldi. Ak berbaring di kasur. Disusul aldi disampingku.

 

 

 

Aldi menciumku mesra, aku membalas ciumannya. Ku buka handukku. “kamu kalo mau pake aku, pake aja di”. “engga put, aku masih ga tega, kamu istirahat aja dulu” kata aldi sambil memelukku. Kami ber-2 tertidur pulas dengan posisi saling berpelukan dan wajah berhadap-hadapan.

 

 

 

POV ORANG KE-3

 

 

 

ANNA

 

 

 

SINTA

 

(NOTE : mulustrasi sinta saya comot dari salah satu thread disini dan atas seijin pemilik thread)

 

Pak faisol menyiksa ke 2 perempuan yg baru saja hadir di rumahnya. Perempuan itu bernama Anna. Seorang teller yg berusia 22 tahun dengan tinggi 163cm, langsing, ukuran dada tidak terlalu besar tapi pas dengan postur tubuhnya yg mungil. Wanita itu diikat dengan posisi ke 2 tangan tergantung di seutas tali yg terikat di besi bagian atas bengkel. Noda merah mewarnai sekujur tubuhnya seperti bekas cambukan. Mulut terbungkam celana dalam pak faisol, dan dibagian kemaluannya terdapat celana dalam anna yg di masukkan kedalam liang vaginanya. “hari ini keperawananmu masih aman, cepat atau lambat pasti akan jebol. Siap2 aja. Yg barusan ini baru teguran kalo kamu mencoba kabur dari sini, siksaan ini bakalan lebih berat lagi. Paham?” ancam pak faisol sambil meremas kedua pipi anna dengan kedua tangannya yg besar. Anna hanya mengangguk. Kemudian pak faisol menjelaskan aturan-aturan di rumah ini. salah satunya dia hanya boleh memakai 1 helai pakaian. Tidak lebih. Sambil melemparkan lingerie transparan ke arah anna.

 

 

 

Sementara Sinta masih belum sadar. Kondisinya terbaring di lantai dengan dress hitam diatas lututnya. Roknya tersingkap. CD berwarna kuning terlihat jelas disana. Lengkap dengan rambut kuncir kudanya. Sinta adalah salah satu karyawan swasta di kota pak faisol berada. Wanita berumur 21 tahun dengan tubuh kurus langsing, tinggi 166cm dan dada juga tidak terlalu besar, kurang lebih posturnya beda tipis dengan anna.

 

Puas menyiksa anna. Pak faisol kemudian menggendong sinta. Membawanya agak jauh dari rumahnya. Ke arah sawah dekat parit. Pak faisol merantai kaki sinta kemudian mengikatnya ke sebuah pohon besar di tengah-tengah parit. Kemudian menggemboknya. Dia meninggalkan sinta tergeletak beralaskan tanah begitu saja di sana. Kemudian kembali ke rumahnya. “hahaha, sekali2 berbagi ke warga, ga bakalan ada yg nolongin dia/lapor polisi.” Kata faisol dalam hati. Yap, warga sana mayoritas tidak berpendidikan. Sekalipun ada yg mengenyam pendidikan tinggi, mereka pasti akan merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak akan tahu prosedur untuk lapor polisi dll. Rencana pak faisol terlihat berjalan mulus. Ditambah kantor polisi jaraknya jauh dari pemukiman daerah tersebut.

 

Pulang lah pak faisol sambil menunggu ada yg menyambar umpannya. Waktu menunjukkan pukul 9 pagi menjelang siang. pak faisol bersiap-siap membuka bengkelnya seperti hari-hari biasanya. Pelanggan datng silih berganti. Sampai akhirnya adzan magrib berkumandang. Pak faisol kembali ke dalam rumah setelah menutup bengkelnya. Langsung menuju ke dalam ruangan dimana anna disekap. “pak, t-t-tolong, lepaskan.” Pinta anna tanpa tenaga. “PUUUT, SINI”. Panggil pak faisol. “iya pak, ada apa?” kata putri menghampiri pak faisol sambil tetap mengenakan handuk. “kamu saya tinggal disini, jelasin ke dia kenapa dia ga bisa lepas dari sini, saya mau makan dulu”

 

Putri menjelaskan semuanya pada anna. Anna menangis. “udah mbak, sekarang pilihannya Cuma menuruti permintaan dia atau kita disiksa habis2an. Saya pernah lebih parah dari mbak”. putri sambil menjelaskan penderitaan yg dia alami. Anna semakin menangis, tak percaya ini akhir kisah yg harus dia jalani. Putri melepasan ikatan anna. “yuk mbak makan dulu.”. anna mengenakan lingerie putih transparan yg diberikan pak faisol tadi. dengan rasa ogah2an dia berjalan bersama putri menuju meja makan. Anna hanya mengobok-obok makanannya. “kenapa?? Ga suka?? Ga tau bersyukur skali kamu ya. Sudah dikasi makan malah ga di makan”. Bentak faisol. Putri menendang kaki anna dari bawah meja. Sembari memberikan kode wajah agar annamenuruti saja perintah faisol. “i-iya pak, saya makan. Makasih”. Perlahan-lahan anna memakan sayur lodeh diatas meja. Suap demi suap anna lakukan dengan terpaksa.

 

Malam itu seperti malam relaksasi bagi putri dan anna. Tidak terjadi persenggamaan disana. Mereka benar-benar diberikan waktu untuk meregenerasi tenaga mereka. Setelah makan malam, pak faisol pamit pergi tanpa mengucapkan tujuannya. Tinggallah aldi, anna, dan putri bercengkrama dirumah kecil itu. Sambil bercerita-cerita apa saja yg sudah mereka alami. Aldi dan putri berusaha membujuk anna agar tidak usah memberontak. Memang ini kenyataan pahit yg harus dijalani. “na, tidur disini aja, kamarnya ga ada lagi. 1 1 nya kamar kosong ya tempat kamu tadi” kata putri sambil menunjukkan kamar aldi. Anna menengok tempat yg membuatnya trauma. “yuk istirahat dulu, kita tidur bertiga” kata putri. “kamu duluan aja put sama anna, aku masih belum ngantuk”. Sahut aldi sambil menyalakan rokok dan berjalan ke teras rumah.

 

Sementara pak faisol menengok keadaan sinta sambil membawa makanan dan minum dari rumah. Setengah jam berjalan kaki sampailah pak faisol di tengah sawah yg gelap gulita, terdengar tangisan wanita. Pak faisol tau itu bukan suara kuntilanak atau setan wanita apapun. Itu suara wanita cantik nan menggemaskan ditengah sawah, malam-malam, dengan pakaian yang menggoda iman. Terlihat sinta meringkuk memeluk lutut dengan noda darah di pahanya. Pakaiannya lusuh, rambutnya berantakan, Bibirnya kering dan kulitnya yg mulus sudah ternodai oleh noda2 lumpur. “SIAPA KAMU???? MAU APA KAMU??” teriak sinta. “tenang, saya bawa makanan dan minum. Habisin ya”. Jawab pak faisol tenang. “m-makasi pak. Tp ini dimanaa, kenapa saya disini? Pak bebasin sayaaa...tolong”. pinta sinta memelas. “Cuma ini yg bisa saya lakukan, kamu bersabar dulu aja. Besok saya kembali lagi”. “PAAAK, PAAAAAAAK JANGAN TINGGALKAN SAYA SENDIRI....PAAAAK” teriak sinta ketakutan. “kamu ga akan sendiri, nanti juga ada yg nemenin” kata faisol sambil nyengir dan berjalan meninggalkan tempat tersebut. “PAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!!”.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar