PART 5 WARNING, DISTURBING CONTENT
Ketika aku tersadar, aku sudah berada di suatu kamar, diatas ranjang, disebelahku ada aldi, anak pak faisol. Dia memelukku, menjadikanku guling. Aku benar2 tidak ingat apa yg terjadi pada tubuhku, dan apa yg mereka lakukan padaku. Kepala ku pusing sekali. Terasa berat di kepalaku, cenut2 di sekujur bagian kepala. Seperti habis di hantam benda tumpul keras sekali.
Selangkanganku juga terasa cenut2, sakit banget. Tiba2 aku teringat kejadian kemarin, aku teringat sebelum aku pingsan pak rahmat dan pak sugeng memasukkan kontolnya bersamaan. Langsung aku cek memekku. BENGKAK, dan memerah. Aku nangis. Penyesalan mulai merasuki otakku. Kenapa aku melakukan ini, aku benar2 hilang kesadaran kemarin.
Bagaimana masa depanku.
Orangtua ku gimana? Mereka pasti khawatir, aku harus segera kabur. Aku baru
sadar, bajuku sudah ganti, dan ketika aku membuka rok untuk mengecek memekku
tadi, aku tidak pakai celana dalam. Hanya memakai daster batik berwarna kuning.
Itu saja, tanpa sehelai asesoris sedikitpun. BH, celana dalam, bahkan jam
tangan, anting, kalung, semua raib.
Aku menyingkirkan tangan aldi dari perutku. Apakah aldi sudah mencicipiku juga? Aku tidak tahu, aku tak sadar saat itu. Kemungkinan iya, memek perawan yg belum pernah di masukin apapun, bahkan jariku sendiri tak pernah memasukinya, sekarang sudah jebol di hajar 3 kontol, tapi 2 kontol tsb masuk bersamaan di memek sempit ini, aldi mungkin juga sudah mencicipiku. Bagaimana tidak, seorang pria muda berpendidikan rendah, hidup di kampung, melihat wanita cantik lemah tak berdaya tanpa celana dalam, pasti nafsu lah. Kecil kemungkinan kalau aldi tidak menghajarku juga ketika aku pingsan tadi, ditambah dia ada disebelahku sekarang, 1 ranjang, dan memelukku.
Aku bangun dari ranjang, jalanku sempoyongan seperti orang mabuk. Aku memegangi kepala ku yg masih sakit sekali, jalanku pun tidak normal, sedikit ngangkang karena rasa sakit di bagian selangkanganku. Aku membuka jendela, embun pagi mulai turun dari leren gunung. Burung2 berkicau, semua pemandangan berwarna hijau, sungguh indah.
Aku melihat jam dinding, pukul 7. Sudah pagi ternyata, pemandangan ini indah, tapi tidak dengan masa depanku, tidak dengan nasibku, aku harus kabur. Meskipun sudah tidak perawan lagi, tp ini faktor kecelakaan, bukan atas dasar keinginanku, orangtua ku pasti mengerti. Aku keluar kamar untuk melihat situasi, berharap semua masih tidur dan aku bisa mencari bis untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Ketika aku
melangkah melalui pintu, pak faisol sudah disana, dia menyekapku, menutup
mulutku, meremas susuku, menarikku ke halaman belakang. Di halaman itu hanya ada
tanah lapang, 2 tiang dengan 1 kawat untuk jemuran. Aku melihat sekitar. Tidak
ada rumah selain rumah pak faisol ini. Ah sungguh apes nasibku. Percuma aku
teriak, tidak ada orang lain disini. Tunggu dulu, ternyata ada orang. Tapi...
itu pak rahmat dan pak sugeng...aaah aku menangis di dekapan pak faisol.
Tangannya bau sekali. Airmataku menetes, mengenai tangan pak faisol. Ingin ku
berkata “pak sudah, jangan siksa aku lagi, sakit banget pak, lepasin aku”.
Kemudian mereka menyerangku
bersamaan, bayangkan saja 3 pria dewasa yg terbiasa kerja kasar, melawan 1
gadis mungil lemah tak berdaya, sudah jelas aku tidak bisa melakukan apa2.
Hanya bisa menangis, memohon belas kasihan, memohon ampun, bahkan ketika aku
diharuskan menyembah mereka, akan aku lakukan yang penting aku bisa bebas,
kembali pulang dan melanjutkan hidupku. Mereka menyerangku, menamparku, memukul
perutku dengan keras, kemudian melepas ku. Aku terduduk, batuk2. Tangisan demi
tangisan tak bisa ku bendung lagi. “AAAWWWW, sakit pak, kenapaaa di pukul paak?
Bebasin aku pak tolong” rintihku memohon ampun.
“bebasin? Ga bakal. Aku tau
kamu mau kabur kan? Kamu ga akan bisa kabur, kamu harus menetap disini
selamanya, memulai hidup barumu disini melayani kita2. NGERTI???” kata pak
faisol
Pak rahmat menyedot rokoknya
dalam2 kemudian berkata “udah mbak, percuma mau kabur, ini jadinya kalo kamu
mau kabur”. BUUK, perutku di hantam lagi dengan tangan kirinya. Aku gulung2 di
tanah ini, menahan sakit ini, pandanganku mulai kabur. Dengan kondisi kesehatan
yg terganggu seperti ini, aku masih harus menerima pukulan2 bertubi2 dari pria
dewasa ini.
“kalo kamu masih mau kabur,
ini akibatnya, ini buat peringatan kalo kita ga main2. Kita bisa sadis, bisa
sayang, bisa ngopeni kamu. Tinggal kamunya mau di perlakuin gimana” ancam pak
faisol.
“ancam kita bukan sekedar
gertakan, biar kamu tau kalo kita serius pengen kamu tetep disini. NGERTI?”
Pak sugeng menginjak pipiku
dengan sandalnya. Menekan kepalaku ke tanah “JAWAB LONTE, CEPET”
“ii...iya.. pak, udah cukup,
saya ngerti pak, iya saya bakal stay disini. Tolong jangan sakiti saya”
“kalo kalian mau nyiksa dia,
siksa aja, jangan sampe cacat, barang bagus ini, dibikin memar aja jangan sampe
ada goresan, aku ga mau dia jadi ga nafsuin lagi” pak faisol memberi arahan ke
2 orang ini.
“OK BOSS” saut mereka ber2.
Pak faisol masih memikirkan
kondisi tubuhku, ku lihat terdapat sedikit perasaan sayang di dirinya. Tapi
perlakuan barbar ini masih belum berakhir.
“kalo Cuma di pukulin gini
doang ga bakalan kapok dia, masih bisa kabur nih lonte...kita bikin ampir mati
aja biar dia bisa bersyukur kita kasi kesempatan idup” kata pak sugeng sambil
menendang bokongku seperti menendang bola pinalti. Badanku terpental hampir
salto. AAHH. “ampun pak, ampuuun”
“berisik banget ni lonte” pak
sugeng melepas celana dan sempaknya, menyumpal mulutku dengan sempak kotornya
itu. Tak cukup sampai disitu, 3 orang memegangiku, menarik dasterku hingga aku
telanjang bulat. Aku ditarik paksa, kemudian tangan ku di ikat di 2 tali
jemuran tadi, tubuhku sedikit menggantung, mungkin 10 cm diatas tanah. 3 orang
itu kemudian memukulku bergantian di bagian susu. Susuku dijadikan samsak. Aku
lemas, tak berdaya, untuk berteriak pun aku tak sanggup. Aku berusaha menahan
semua siksaan ini. Sambil terus meneteskan airmata, berharap siksaan ini cepat
berakhir. Aku hanya ingin tidur. Itu saja
Pak faisol memukul perutku.
BAAAK. Lanjut pak sugeng memukul susu kiri ku dengan bogem mentah tangan
kanannya. Susuku mental. Lanjut pak rahmat, menamparku keras. Aku meringis
kesakitan, menggigit sempak pak sugeng yang menyumpal mulutku. Lanjut pak
rahmat meng-uppercut susu kananku. Tak selesai dari situ, mereka mengambil
kunci inggris dan kail pancing. Kail pancing itu di tusukkan ke puting kiri ku.
“EEEEEEEMMMMMMMMMMMMMM” jeritku dari balik sempak pak sugeng. Kemudian kail
yang terikat benang itu di tarik ke atas tali jemuran, membuat susu kiriku
terangkat.
Pak faisol juga mengambil
balok kayu. Memukul pantatku keras sekali. Sampai pantatku memerah. Semua
siksaan ini adalah siksaan benda tumpul, mereka serius tidak ingin merusak
kulit ku dengan goresan benda tajam. 1 1 nya benda tajam hanyalah kail pancing
di putingku ini. Tak lama setelah pak faisol memukulku, pak rahmat mengayunkan
kunci inggris besar itu dari bawah ke atas, memukul memekku dengan besi itu.
BAAAAK, bayangkan saja, memek yg sudah bengkak, merah, bekas pemerkosaan
kemarin, sekarang harus menerima hantaman benda tumpul sekeras itu. Tak lupa
dia mengayunkan kunci inggris itu ke perutku keras sekali sampai2 aku ingin
muntah, memekku mengeluarkan air kencing sedikit ketika dia memukulkannya ke
perutku.
“MALAH KENCING NI LONTE, GA
TAU SOPAN SANTUN... LEPASIN DIA, TARO DI BAWAH” perintah pak faisol. Rencana
apa lagi yg akan mereka lakukan. Udah laaah cukup, aku udah ngerti kok kalo aku
ga boleh lepas, aku udah siap kalo harus memulai hidup baru yg suram di tempat
ini. Cukup.....
2 orang itu melepas ikatan
tanganku, membuatku langsung terjatuh di tanah. Aku gulung2 memegang i perutku,
perih sekali. Sambil meringis kesakitan, menangis sejadi2nya. Perlakuan dajal
ini akan meninggalkan trauma berat di psikisku. Aku ga ngerti lagi apa yg akan
mereka lakukan kalo aku mencoba kabur, mereka akan menyiksaku lebih berat lagi
dari ini...PASTI. baiklah, aku mengerti, aku pasrah jika harus menghabiskan
sisa hidupku untuk melayani pria2 tidak bermoral ini.
2 orang tadi, pak sugeng dan
pak rahmat, meraih tangan ku. Mereka mengikat tanganku ke 2 tiang jemuran,
membuat tangan ku tak bisa ku gerakkan. Dan aku dalam posisi telentang di
tanah, kemudian pak rahmat dan pak faisol menarik ke 2 kakiku. Membuatku
mengangkang memperlihatkan memekku yg sudah memerah. Tapi sebelum itu, pak
rahmat mencabut rokok di mulutnya. Menghunuskan rokok panas itu ke pentil
kananku yg masih baik2 saja. Aku menangis menahan panasnya sundutan rokok
ini....berteriak kencang dari balik sempak pak sugeng. “HMMMMMMMMMMMMMMMMMMM”
teriakku. Apakah mereka memposisikanku seperti ini untuk mempermudah pak faisol
untuk memperkosaku? Tapi aku kan sudah tak berdaya, harusnya tanpa bantuan
mereka pun pak faisol bisa mengatasi ku sendiri.
Ternyata tidak, tiba2
terdengan suara motor RX king. Apa maksudnya ini? Pak faisol mengambil
motornya? Buat apa?
BREM BREM BREEEEM TRENG TENG TENG TENG TENG, suara khas RX KING mulai terdengar. NGEEEEEEEEEENG. Terdengan suara itu makin mendekat, makin kencang makin kencang. BEGGGKKKK. “HMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM” aku memejamkan mataku menahan rasa sakit luar biasa ini. Pak faisol menabrakkan motornya ke memekku, melindah memekku dengan ban depan RX kingnya.
Aku menggelgn2kan kepalaku, memberi pertanda kalo aku udah ga kuat lagi. Begk, begk....pak faisol menarik mundur motornya, memajukan lagi, mundurkan lagi, majukan lagi....yang terakhir, dia menarik mundur agak jauh, dia tarik gas nya kencang2..dan menabrak memekku... LAGI.
Memek yg bahkan tanpa
siksaan ini pun sudah merah, membengkak, masih harus menerika pukulan kunci
inggris dan hantaman motor ini. Ku intip memekku menghitam, bekas roda ban rx
king itu. Puas menyiksaku. Mereka meninggalkan ku di tanah lapang belakang
rumahnya, dengan kondisi terikat dan telanjang di bawah teriknya matahari.
Mereka ber 3 masuk ke rumah. Aku masih menangis menahan perihnya siksaan ini.
Baiklah aku paham, aku ga
boleh kabur, mau tidak mau aku harus menghabiskan sisa hidupku ditempat ini.
Aku harus siap dengan apa yg akan terjadi ke depannya, aku masih ingin hidup.
Meskipun kehidupan ku sudah jelas akan suram kedepannya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar